Kreativitas adalah hasil dari interaksi
antara individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam
individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat
menghambat upaya kreatif (Munandar, 1995 : 12).
Kreativitas juga diartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa
gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah
ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7).
Secara psikoligis, belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
“belajar juga adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Ahli pendidikan modern merumuskan bahwa
belajar adalah suatu bentuk pertmbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan (Aqib, 2003 : 42). Belajar merupakan kegiatan
yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia dan
berlangsung seumur hidup (Rohadi, 2003 : 4). Dengan demikian belajar
merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan
lingkungannya untuk merubah prilakunya, jadi hasil dari kegiatan belajar
adalah berupa perubahan prilaku yang relatif permanen pada diri orang
yang belajar.
Tornace dan Myres dikutip oleh Triffinger
(1980) dalam Semiawan dkk (1987:34) berpendapat bahwa belajar kreatif
adalah “menjadi peka atausadar akan masalah, kekuarangan-kekurangan,
kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur yang tidak ada, ketidak
harmonisan dan sebagainya. Mengumpulkam informasi yang ada, membataskan
kesukaran, atau menunjukkan (mengidentifikasi) unsur yang tidak ada,
mencari jawaban, membuat hipotesis, mengubah dan mengujinya,
menyempurnakan dan akhirmnya mengkomunikasikan hasil-hasilnya” .
Sedangkan proses belajar kreatif menurut
Torance dan Myres berpendapat bahwa proses belajar kreatif sebagai :
“keterlibatan dengan sesuatu yang berarti, rasa ingin tahu dan
mengetahui dalam kekaguman, ketidak lengkapan, kekacauan, kerumitan,
ketidakselarasan, ketidakteraturan dan sebagainya.
Kesederhanaan dari struktur atau
mendiagnosis suatu kesulitan dengan mensintesiskan ionformasi yang telah
diketahui, membentuk kombinasi dan mendivergensi dengan menciptakan
alternatif-alternatif baru, kemungkinan-kemungkinan baru, dan
sebagainya. Mempertimbangkan, menilai, memeriksa, dan menguji
kemungkinan-kemungkinan baru, menyisihkan, memecahkan yang tidak
berhasil, salah dan kurang baik, memilih pemecahan yang paling baik dan
membuatnya menarik atau menyenangkan secara estesis, mengkonunikasi
hasi-hasilnya kepada orang lain” (Semiawan, DKK. 1987 : 35).
Dengan demikian dalam belajar kreatif
harus melibatkan komponen-komponen pengalaman belajar yang paling
menyenangkan dan paling tidak menyenangkan lalu menemukan bahwa
pengalaman dalam proses belajar kreatif sangat mungkin berada di antara
pengalaman-penglaman belajar yang sangat menenangkan,
pengalama-pengalaman yang sangat memberikan kepuasan kepada kita dan
yang sangat bernilai bagi kita.
Jadi kreativitas belajar dapat
diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam
belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan formasi yang
diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa
pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.
Refinger (1980 : 9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar kreatif itu penting.
- Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
- Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
- Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
- Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.
Sebagaimana halnya dengan pengalaman
belajar yang sangat menyenangkan, pada belajar kreatif kita lihat secara
aktif serta ingin mendalami bahan yang dipelajari. Dalam proses belajar
secara kreatif digunakan proses berfikir divergen (proses berfikir ke
macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) dengan
proses berfikri konvergen (proses berfikir yang mencari jawaban tunggal
yang paling tepat) berfikir kritis.
Gagasan-gagasan yang kreatif, hasil-hasil
karya yang kreatif tidak muncul begitu saja, untuk dapat menciptakan
sesuatu yang bermakna dibutuhkan persiapan. Masa seorang anak duduk di
bangku sekolah termasuk masa persiapan ini karena mempersiapkan
seseorang agar dapat memecahkah masalah-masalah. Demikianlah semua data
(pengalaman) memungkinkan seorang mencipta, yaitu dengan
mengabung-gabungkan (mengkombinasikan) menjadi sesuatu yang baru.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program pembelajaran
yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar yaitu :
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
a. Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan yang
menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih
dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama
berlaku apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu
penguasaan yang berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau
kegiatan, bertujuan meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap
belajar yang berbeda lebih terbuka dan tertantang berperanserta secara
aktif dengan memberikan gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu
diberikan pemanasan yang dapat tercapai dengan memberikan pertanyaan
pertanyaan terbuka dengan menimbulkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
b. Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok untuk mengadakan diskusi kelompok.
c. Kesibukan Dalam Kelas
kegiatan belajar secara kreatif sering
menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh
karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut
ketenangan dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus
dapat membedakan kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif
yang menunjukkan bahwa siswa bersibuk diri secara kreatif.
d. Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih
berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan
segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa
(memotivator) untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas
baru. Guru harus terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus
dapat menghilangkan ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan
pemecahan masalah secara keatif (Munandar, 1992 : 78-81).
2. Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar mengjar, diperlukan
keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa maupun
dalam mengundang siswa untuk bertanya.
a. Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang merangsang pemikiran
kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka. Pertanyaan
semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan
fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
Dengan mengajukan pertanyaan, guru memperoleh informasi yang berharga dan berguna untuk :
- Menimbulkan minat dan motivasi siswa untuk berperan serta aktif.
- Menilai persiapansiswa ddan sejauh mana siswa telah menguasai bahan yang diberikan sebelumnya.
- Mengulang kembali dan meringkas apa yang telah diajarkan.
- Membantu siswa melihat hubungan-hubungan baru.
- Merangsang pemikiran kritis dan pengembangan sikap bertanya
- Merangsang siswa untuk mencari sendiri pengetahuan tambahan
- Menilai pencapaian tujuan dan sasaran belajar (Munandar, 1999 : 84)
b. Metode Diskusi
Dalammetode dikusi, peran guru dangat
menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator yang
mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang
mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya
jika timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan
yang tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang
dituju.
c. Metode Inquiri-Discovery
pendekatan inquiry (pengajuan pertanyaan,
penyelidikan) dan discopery (penemuan) dalambelajar penting dalan
proses pemecahanmasalah.
Ada tiga tahap dalam proses pemecahan
masalah melalui inquiry, pertamma adanya kesadaran bahwa ada masalah.
Hal ini merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan
merumuskan masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan
timbul gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui
inquiry informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari
atau menjajaki (searching). Pada tahap pertanyaan dan informasi
dihubungkan dengan perumusan hipotesis. Keativitas berkaitan erat dengan
proses perumusan hipotesis, yaitu dalam mengajukan pertnayaan dan
hipotesis dalam mneghubungakan fakta yang diketahui dan asas-asas untuk
mengembangkan strategi pemecahan, serta harus memperinci dan merumuskan
kebutuhan dalammencari informasi, jadi, semua proses berfikir :
kelancaran, keluwesan (fluksibilitas), orisinilitas, dan pemerincian
(elaborasi) temasuk dalam prosess pemecahan masalah melalui
inquiry-diskovery.
Pokok-pokok yang harus dipenuhi oleh guru dalam pengalaman belajar inquiry adalah :
- Berilah pengalaman permulaan untuk menarik minat siswa agar menanyakan mengenai suatu masalah, konsep, situasi atau gagasan, antara laindenganpenggunaan media, bermain peran dan demonstrasi.
- Berilah siswa materi pelajaran dan situasi yang memungkinkan penyelidikan (ekspolorasi)
- Sediakan sumber-sumber informasi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
- Sediakan peralatan untuk merangsang siswa melakukan eksperimen (percobaan).
- Sediakan waktu untuk berdiskusi, bereksperimen, mencoba-coba dan sebagainya.
- Berilah bimbingan dan perhargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan.
- Berilah dorongan dan penghargaan terhadap pemecahan yang dapat diterima dan terhadap strategi pemecahan (Munandar, 1999 : 86).
d. Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya
pikir kreatif adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
menantang (provokatif) antara lain dengan menanyakan apa
kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu kejadian yang telah
terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah terjadi, atau
dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu situasi
yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa
saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi
itu terjadi di sini.
3. Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif (sikap) dan Psikomotorik (perasaan).
Dalam rangka membangun manusia seutuhnya
perlu ada keseimbanganaantara semua aspek perkembangan yaitu
perkembangan mental intelektual, perkembangan social, perkembanan emosi
(kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.
a. Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif (aptitude)
- Keterampilan berfikir lancar
- Keterampilan berfikir luwes
- Keterampilan berfikir orisinal
- Keterampilan memperinci
- Keterampilan menilai
b. Cirri-ciri efektif (nonaptitude)
- Rasa ingin tahu
- Bersifat imajinatif
- Merasa tergantung oleh kemajemukan
- Sifat berani mengambil resiko
- Sifat menghargai (Munandar, 1999 : 88-93).
c. Menggabung pemikiran divergen dan pemikiran konvergen
Pemikiran konvergen yang menuntut siswa
mencari jawaban tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang
diberikan sudah tidak asing bagi siswa-siswa sekolah dasar. Pemikiran
divergen atau pemikiran kreatif sebaiknya menuntut siswa mencari
sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu persoalan.
d. Menggabung proses berfikir dengan proses efektif
Contoh :
- Berfikir lancar, gabung dengan rasa ingin tahu siswa yang rasa ingi tahunya kuat akan dapat menghasilkan gagasan-gagasan atau cara pemecahan masalah
- Orisinalitas dalam berfikir akan paling berhasil jika siswa tidak ragu-ragu dan berani mengamukakan pendapat yang berbeda dari biasanya dikemukakan siswa-siswa lain.
Contoh kombinasi antara berfikir lentur dan daya imajinasi :
Guru memberikan suatu cerita yang belum
penyelesaiannya lalu para siswa diminta menggunakan imajinasinya untuk
memikirkan beberapa akhir cerita yang berbeda-beda.
Kombinasi berfikir lancar dan rasa ingin tahu :
- Siswa diminta untukmenyebut dalam eaktu singkat berbeda-beda di dalam kelas yang benutknya bundar
- Siswa ditugaskan menjajaki lingkungan sekolah untuk mencari tanaman yang berguna.
- Siswa diminta mencari sebanyak mungkin sinonim (kata dengan arti sama) untuk kata tertentu dengan menggunakan kamus atau tanpa kamus (misalnya sinonim untuk indah : bagus, permai).
Kombinasi antara orisinalitas dalam berfikir dan keberanian mengambil resiko :
Siswa diminta untuk memikirkan jabatan
atau pekerjaan yang ia minati tetapi biasanya jarang dipilih oleh
anak-anak dari jenis kelamin yang sama.
Banyak yang dilakukan para guru untuk
meningkatkan kreativitas siswa-siswanya tanpa memerlukan banyak
peralatan atau bahan-bahan yang mahal. Yang penting ialah guru sendiri
harus senang, dalam arti merasa terdorong mencari variasi tugas-tugas
belajar.
Sound (1975) dalam Slameto (2004 :
147-148) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal
melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut :
- Hasrat keingintahuan yang cukup besar
- Bersifat terbuka terhadap pengalaman baru
- Panjang akal
- Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti
- Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit
- Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
- Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
- Berfikir fleksibel
- Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak
- Kemampuan membuat analisis dan sintesis
- Memiliki semangat bertanya serta meneliti
- Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
- Memilii latar belakang membaca yang cukup luas
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Belajar Siswa
Kesempatan untuk belajar kreatif
ditentukan oleh banyak factor antara lain sikap dan minat siswa, guru
orang tua, lingkungan rumah dan kelas atau sekolah, waktu, uang dan
bahan-bahan (Conny Seniawan, dkk. 1990).
Menurut Amabile (1989) dalam Munandar (2004: 113-114) .Ada beberapa factor yang mempengaruhi kreaitvitas belajar siswa :
a. Sikap orang tua terhadap kreativitas anak
b. Strategi mengajar guru
Faktor-faktor diatas dijelaskan sebagai berikut:
a. sikap orang tua terhadap kreativitas anak
Sudah lebih dari tiga puluhh tahun pakar
psikologis mengemukakan bahwa sikap dan nilai orang tua berkaitan erat
dengan kreativitas anak jika kita menggabung hasil penelitian dilapangan
dengan ori-teori penelitian laboratorium mengenai kreativitas dengan
teppsikologis kita mepperoleh petunjuk bagaimana sikap orang tua secara
langsung mempengaruhi kreativitas anak mereka.
Menurut Amabile (1989 : 103) menegaskan ada bahwa ada beberapa faktor yang menentukan kreativitas anak ialah :
- Kebebasan
Orang tua yang percaya untuk memberikan
kebebasan kepada anak cenderung mempunyai anak kreatif. Mereka tidak
otoriter, tidak selalu mau mengawasi dan mereka tidak terlalu membatasi
kegiatan anak.
- Aspek
Anak yang kreatif biasanya mempunyai
orang tua yang menghormati mereka sebagai individu, percaya akan
kemampuan mereka danmengharagai keunikan anak
- Kedekatan emosional yang sedang
Kreativits anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan dan terpisah
- Prestasi Bukan Angka
Orang tua anak kreatif menghargai prestsi
anak, mereka mendorong anak untuk berusaha sebaik-baikknya dan
menghsilkan karya-karya yang baik.
- Menghargai Kreativitas
Anak yang kreatif memperoleh dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal yang kreatif.
b.Strategi mengajar guru
Dalam kegiatan mengajar sehari-hari dapat digunakan sejumlah strategi khusus yang dapat meningkatkan kreativitas.
1. Penilaian
Penilaian guru terhadap pekerjaan murid yang dapat dilakukan dengancara :
- Memberi umpan balik berarti daripada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas
- Melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan belajar dari kesalahan mereka
- Penekanan terhadap “apa yang telah kamu pelajari” dan bukan pada “bagaimana melakukannya”.
2. Hadiah
Anak senang menerima hadiah dan
kadang-kadang melakukan segala sesuatu untuk memperolehnya. Hadiah yang
terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah kesempatan menampilkan
danmempresentasekan pekerjaan sendiri dan pekerjaan tambahan.
3. Pilihan
Sedapat mungkin berilah kesempatan kepada
anak memilih apa yang nyaman bagi dia selama hal itu sesuain dengan
ketentuan yang ada.
3. Metode dan Tehnik Belajar Kreatif
Metode dan tehnik-tehnik belajar kreatif
membantu anak didik berfikir dan mengungkapkan diri secara kreatif,
yaitu mampu memberikan macam-macam gagasan dan macam-macam jawaban dalam
pemcahan masalah.:
Adapun tehnik-tehnik belajar kreatif yaitu:
- Pemikiran dan perasaan terbuka
- Sumbang saran
- Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
- Menyimak sifat benda tau keadaan
- Hubungan yang dipaksakan
- Pendekatan morfologis
- Pemecahan masalah secara kreatif (Munandar,1999: 100)
Tehnik-tehnik relajar kreatif dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemikiran dan perasaan terbuka
Cara yang paling sederhana untuk
merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang
memberikan kesempayan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan
pikiran dan perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan.
Contoh-kegiatan pemikiran dan perasaaan terbuka
- Menyelesaikan sesuatu yang telah dimulai
- Mencari penggunaan baru dari benda sehari-hari
- Meningkatkan atau memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 1999 : 100-1003).
b. Sumbang Saran
Tehnik yang dikembangkan oleh Osborn ini
dapat diterapak unutk memecahkansuaut masalah dalam kelompok kecil
(Sekitas 8-10 orang) dengan “menggali” gagasan-gagasan sebanyak mungkin
dari anggota kelompok.
Hal-hal yang pelru diperhatikan meliputi :
- Kebebasan dalam memberikan gagasan
- Penekanan pada kuantitas
- Kritik ditangguhkan
- Kombinsi dan peningkatan gagasan
- Mengulangi gagasan (Munandar, 1999 : 104).
c. Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
Tehnik ini bertujuan melancarkan arus
pencetusan gagasan dalam pemecahan masalah seperti mengembangkan,
meningkatkan, dan memperbaiki suatu subyek atau situasi.dengan meninjau
daftar pertanyaan yang membantu melihat hubungan-hubungan baru.
d. Menyimak sifat benda atau keadaan
Tehnik ini digunakan untuk mengubah
gagasan guna meningkatkan atau memperbaiki suatu subyek atau situasi.
Pertama-tama semua atribut (sifat) dari suatu subyek atau situasi
dicatat, kemudian masing-masing ciri ditinjau satu persatu untuk
mempertimbangkan kemungkinan mengubah atau memperbaiki obyek atau
situasi tersebut.
e. Hubungan yang dipaksakan
Tehnik lain untuk merangsang
gagasan-gagasan kreatif ialah dengan cara “memaksakan” suatu hubungan
antara objek atau situasi yangn dimasalahkan dengan unsure-unsur lain
untuk menimbulkan gagasan-gagsan baru. Maksud dari “memaksakan hubungan”
ialah agar kita dapat melepskan diri dari hubungan-hubungan yang lazim
atau yang sudah mejadi tradisi (kebiasan) untuk menjajaki
kemungkinan-kemungkinan baru.
f. Pendekatan Morfologis
Pada tehnik pendekatan atau analisis
morfologis kita berusaha memecahkan suatu masalah atau memperoleh
ide-ide baru dengan cara mengkaji dengan cermat bentuk struktur masalah.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
- Kita mulai dengan menentukan komponen-komponen dasar dari masalah atau situasi
- Dari setiapkomponen kita tetapkan sifatnya
- Dengan meninjau setiap kemungkinan kombinasi, dari sifat-sifat setiap komponen kita mendapatkan gagasan baru dan kombinasi baru (Munandar, 1999 : 109).
g. Pemecahan masalah secara kreatif
parners, Noller dan Biondi (1971) dalam
Munandar (1999:110-111) menajukan suatu model pemecahan masalah secara
kreatif (PMK) meliputi:
- Tahap mengumpulkan fakta
- Tahap menemukan masalah
- Tahap menemukan gagasan
- Tahan mnemukan jawaban
- Tahap menemukan penerimaan
4. Langkah-Langkah Penerapan KBK
Secara garis besarnya penerapan KBK
mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi.
1. Pengembangan Program
Pengembangan program KBK mencakup :
a. Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum
setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru
mata pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan oleh
guru sebelum tahun ajaran karena merupakan pedoman bagi pengembangan
program. Program berikutnya, yakni program semester, program mingguan,
dan program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan.
Sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan antara lain :
- Daftar kompetensi standar (standar competency) sebagai konsensus nasional, yang dikembangkan dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan.
- Skope dan sekvensi setiap kompetensi, untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran.
- Penyusunan kalender, penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efetivitas dan hak-hak peserta didik.
b. Program Semester
Program semester berisikan Garis-Garis
Besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam
semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran dari
program tahunan. Pada umumnya program semester ini berisikan tentang
bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan
dan keterangan-keterangan.
c. Program Modul (Pokok Bahasan)
Program ini merupakan penjabaran dari
program semester. Pada umumnya modul berisikan tentang lembar kegiatan
peserta didik, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar jawaban dan
kunci jawaban.
d. Program Mingguan dan Harian
Melalui tahap ini dapat diketahui
tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang, bagi setiap
peserta didik. Melalui program ini juga diidentifikasi kemajuan belajar
setiap peserta didik, sehingga dapat diketahui peserta didik yang
mendapat kesulitan dalam setiap modul yang dikerjakan, dan peserta didik
yang memiliki kecepatan belajar diatas rata-rata kelas bisa diberikan
pengayaan sedangkan bagi yang lembat dilakukan pengulangan.
e. Program Pengayaan dan Remidial
Program ini merupakan penjabaran dari
program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap
kegiatan belajar dan terhadap tugas-tugas modul, hasil tes, dan ulangan
dapat diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil
analisis dipadukan dengan catatan-catatan yang ada pada program harian
dan mingguan, untuk digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi
modul yang diulang, peserta didik yang wajib dan yang mengikuti program
pengayaan.
f. Program Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan
dan konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial,
belajar dan karier.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah
proses interaksi antara peserta dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas
guru yang paling utama adalah mengkondisikan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran
mencakup tiga hal, yaitu pre tes, proses dan post tes.
a. Pre tes (tes awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses
pembelajaran dimulai dengan pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam
menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Fungsi pre tes
antara lain :
- Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes maka pikiran akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab.
- Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan.
- Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah memiliki peserta didik mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.
- Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang mendapat penekanan dan perhatian khusus.
b. Proses
Proses disini dimaksudkan sebagai
kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran yakni bagaimana
tujuan-tujuan belajar direalisasikan melalui modul. Kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari
segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik
terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi,
semangat belajar yang besar, dan rasa pada diri sendiri. Sedangkan dari
segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan prilaku yang positif dan menghasilkan output yang banyak dan
bermutu tinggi.
c. Post tes
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post tes. Kegunaannya, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran.
Fungsi post tes antara lain :
Untuk mengetahui tingkat penguasaan
peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan baik secara
individual maupun kelompok.
- Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan. Tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya.
- Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar.
- Sebagai komponen acuan untuk melakukan perbaikan.
3. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dalam penerapan KBK dilakukan dengan :
a. Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir.
b. Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk
mengetahui kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan
dalam rangka memperbaiki program pembelajaran.
c. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun
pelajaran diselengarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran
secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik
dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan
hasil belajar yang dicantumkan dalam surat tanda tamat belajar. Tidak
semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang kelas.
d. Benchmarking
Merupakan suatu standar untuk kinerja
yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan
yang memuaskan. Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang
pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara
nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan.
e. Penilaian Program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan.
5. Efektivitas Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Keberhasilan kurikulum berbasis
kompetensi yang dalam pengembangannya memberikan kewenangan sangat besar
kepada sekolah melalui pengambilan keputusan partisipatif, sangat
ditentukan oleh kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, orang tua siswa,
dan masyarakat yang terlibat secra langsung dalam pengelolaan sekolah.
Keberhasilan tersebut antara lain dilihat dari indikator-indikator berikut :
Adanya peningkatan mutu pendidikan, yang
dapat dicapai oleh sekolah melalui kemandirian dan inisiatif kepala
sekolah dan guru dalam mengelola dan mendayagunakan sumber-sumber yang
tersedia.
- Adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber pendidikan melalui pembagian tanggung jawab yang jelas, transparan dan demokratis.
- Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi warga dan masyarakat sekitar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.
- Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya berkaitan dengan mutu sekolah, baik dalam intra maupun ekstrakurikuler.
- Adanya kompetensi yang sehat antara sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan melalu upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
- Timbulnya kemandirian ketergantungan dikalangan warga sekolah, bersifat proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif dan berani mengambil resiko)
- Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be) dan belajar hidup bersama (learning to live together)
- Terciptanya iklim sekolah yang aman, nyaman dan tertib
- Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.(Mulyasa,2006:181-182)
Keberhasilan KBK seperti yang
dikemukakan diatas Sangat ditentukan oleh kepala sekolah dan guru.Kepala
sekolah mengkoordinasikan, menggerakkan dan menselaraskan semua sumber
daya pendidikan yang tersedia.Kepemimpinan kepala sekolah merupakan
salah satu factor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan
visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran sekolah melalui program yang
dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
Secara garis besar tapan penerapan kurikulum meliputi:Tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.Tahap perencanaan.
Tahap ini bertujuan untuk menguraikan
visi dan misi yang ingin dicapai, usaha ini mempertimbangkan metode atau
teknik, sarana dan prasarana pencapaian yang akan digunakan, waktu yang
dibutuhkan, besar anggaran, personalia yaqng terlibat, dan sistem
evaluasi, dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai beserta
situasi, kondisi serta faktor internal dan eksternal.
Dalam setiap penetapan berbagai elemen
yang akan digunakan dalam proses penerapan kurikulum, terdapat tahapan
proses-proses pembuatan keputusan meliputi:
Identifikasi masalah yang dihadapi
- Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi, personalia anggaran dan waktu.
- Evaluasi setiap alternatif tersebut
- Penentuan alternatif yang baik (Parter,1996 dalam Hamalik).
Proses evaluasi atau pemilihan alternatif
tersebut dilakukan melalui teknik SWOT (Strength, weaknees,
oppurtunity,dan thereat).Setiap alternatif dipertimbangkan kekuatannya,
serta disesuaiakan dengan peluang yang ada dan hambatannya yang
dihadapi.Hasil nyata dari tahap ini adalah blue print (cetak biru) yang
akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan.Pada proses pengembangan rencana
blue print tersebut dipertimbangkan metode dan sarana yang digunakan,
waktu yang dibutuhkan, kualitas dan kuantitas personal yang trlibat,
serta besarnya anggaran yang diperlukan.
2.Tahap pelaksanaan Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk melaksanakan
blue print yang telah disusun dalam fase perencanaan, dengan menggunakan
sejumlah teknik dan sumber daya yang ada dan telah ditentukan pada
tahap perencanaan sebelumnya.Jenis kegiatan dapat bervariasi,sesuai
dengan kondisi yang ada.
Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim
terpadu,menurut departemen/devisi/seksi masing-masing
ataugabungan,bergantung pada perencanaan sebelumnya.Hasil dari pekerjaan
ini adalah tercapainya tujuan-tujuan kegiatan yang telah
ditetapkan.sSecara umum, hasilnya akan meningkatkan pemamfaatan dan
penerapan kurikulum.
3.Tahap Evaluasi Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk melihat dua
hal. Pertama melihat proses pelaksanaan yang sedang berjalan sebagai
fungsi kontrol,apakah pelaksanaan evaluasi telah sesuai dengan rencana,
dan sebagai fungsi perbaikan jika selama proses terdapat kekurangan.
Kedua melihat hasil akhir yang dicapai.