PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20 Thn
2003,Bab I Pasal1).
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan pendidikan lebih lanjut. Guna mencapai tujuan pendidikan dasar tersebut maka
sebagai seorang guru Sekolah Dasar, kita mempunyai andil
yang sangat besar. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang bermutu (KTSP,
2006) .
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ( UU No. 20 Thn 2003 Pasal 1). Dalam
pembelajaran ada kegiatan yang tak terpisahkan
yaitu kegiatan mengajar dan ada kegiatan belajar.
Bruner mengemukakan bahwa proses pembelajaran di kelas bukan untuk
menghasilkan perpustakaan hidup untuk suatu subjek keilmuan, tetapi untuk
melatih siswa berpikir kritis untuk dirinya, mempertimbangkan hal-hal yang ada
di sekelilingnya, dan berpartisipasi aktif
di dalam proses mendapatkan pengetahuan ( Adriana,2007:56).
Belajar menurut Cronbach “ Learning
is shown by change in behavior as a result of experinces “ yang berarti
belajar yang efektif adalah melaui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang
berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat
inderanya ( Soemanto, 2006:104).
Montessori juga mengungkapkan bahwa anak-anak memilki
tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan
berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya.
Pernyataan Montessori ini memeberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak
melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri anak adalah anak itu
sendiri, sedang pendidik memberikan
bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik
( Sardiman,2007:96). Karena Piaget beranggapan
anak bukan botol kosong yang siap untuk diisi , melainkan anak secara aktif
akan membangun pengetahuan dunianya (Adriana,2007:44).
Rousseau memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh
dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dan dengan
bekerja sendiri ( Sardiman,2007:96). Hal ini berarti dalam belajar, siswa/
subjek didik harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat
diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak akan mungkin
berlangsung dengan baik.
Belajar dengan menggunakan totalitas aktivitas yaitu menggunakan gerak
aktif secara fisik ketika belajar, dengan memnfaatkan indera sebanyak mungkin ,
dan membuat seluruh tubuh , serta pikiran terlibat dalam belajar. Belajar
seperti ini lebih efektif dari pada belajar berdasarkan ceramah, menulis dan
dikte ( Takari,2009:11).
Pada
saat ini masih banyak guru IPA yang hanya
menyampaikan materi dari buku semata, dengan prinsif yang penting dapat
menuntaskan semua materi dengan alokasi waktu yang sudah ditetapkan tiap
semesternya. Oleh karenanya pembelajaran yang tercipta hanya satu arah. Guru jarang melibatkan siswa untuk berperan
aktif dalam pembelajaran apalagi untuk membuktikan kebenaran satu konsep yang
diajarkan .Akibatnya siswa pasif , tidak kritis, tidak berani mencoba dan hanya
memperoleh pengetahuan tanpa pernah membuktikan kebenaran dari pengetahuan (
konsep atau teori ) yang di ajarkan.
Pembelajaran seperti yang telah disebutkan juga masih ada
terjadi salah satunya pada Kelas
V
SDN 1 Mahe Pasar Kecamatan Haruai. Dimana gurunya sangat jarang memvariasikan model maupun metode
pembelajarannya. Kebanyakan materi di
ajarkan dengan metode ceramah dan penugasan saja. Akibatnya siswa terbiasa
dengan pola pembelajaran mendengarkan penjelasan guru, mencatat kemudian
mengerjakan tugas . Siswa pasif , tidak kritis dan mudah lupa terhadap konsep
yang sudah diajarkan. Hal ini tampaknya berakibat pada hasil belajar siswa,
khususnya pada Kelas V semester 2. Hal ini dikarenakan pada semester 2 ini banyak materi ajar berupa
konsep yang akan mudah dipahami jika dilakukan dengan praktek langsung. Berdasarkan
hasil observasi peneliti pada kelas V saat melaksanakan megajar Kelas V
SDN 1 Mahe Pasar Kecamatan Haruai, didapat data
bahwa nilai rata-rata ulangan semester 1 tahun 2011/2012
yaitu hanya 63,13. Dimana nilai tersebut masih berada di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70,00. Apabila kondisi seperti
ini dibiarkan maka akan berakibat kurang baik bagi siswa maupun sekolah. Apalagi
siswa kelas V tentunya akan beranjak ke kelas VI , dimana apabila di kelas V
mereka sudah mengalami permasalahan tentunya akan mempersulit mereka saat
mengikuti ujian akhir sekolah nantinya.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan,maka
peneliti tertarik untuk mencoba melakukan tindakan penelitian. Dalam hal ini peneliti
akan mencoba menerapkan model
pembelajaran SAVI ( Somatis, Auditori, Visual , Intelektual ) untuk
peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 SDN 1 Mahe Pasar pada konsep Sifat Cahaya .
Pembelajaran
SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan
dari Somatic yang bermakna gerakan
tubuh (hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan
melakukan; Auditorial yang bermakna
bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara,
presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visual
yang bermakana belajar harusah menggunakan indera mata melalui
mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat
peraga, dan intelellectually yang
bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi
pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan
menerapkan (Suyatno,2009:65).
Gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental. Bagian otak siswa terlibat
dalam gerakan tubuh yaitu korteks motor yang terletak tepat disebelah bagian
otak yang berfungsi untuk berpikir dan memecahkan masalah( Takari,2009:11).
Melalui penggunnan model SAVI dapat mengaktifkan seluruh indera siswa.
Siswa dapat melakukan gerak (somatis), dengar (auditori), mengamti (visual) dan
berpikir (Intelektual). Dengan model ini aktivitas siswa akan terlihat. Dimana
siswa akan aktif secara fisik (somatis, auditori,visual) dan juga psikisnya
(intelektualnya).
Berdasarkan uraian di atas,
maka penulis menentukan materi kajian kelas V pada sebagai materi penelitian
dengan memberi judul pada penelitian ini adalah : “ Implementasi
Model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual ( SAVI ) untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Konsep Sifat Cahaya di
Kelas V SDN 1 Mahe Pasar
Kecamatan Haruai
Kabupaten Tabalong.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang penelitian tindakan kelas ini maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1) Bagaimanakah aktivitas guru dalam melaksanakan
pembelajaran model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual ( SAVI ) pada konsep Sifat
Cahaya bagi siswa Kelas V
SDN 1 Mahe Pasar Kecamatan Haruai?
2) Bagaimanakah aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran model Somatis, Auditori, Visual dan
Intelektual ( SAVI ) pada konsep Sifat Cahaya bagi siswa Kelas V SDN 1 Mahe Pasar Kecamatan Haruai
?
3) Apakah dengan
menggunakan model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual ( SAVI ) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Sifat Cahaya di Kelas V SDN 1 Mahe Pasar Kecamatan Haruai ?
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian yang dilakukan di Kelas V SDN 1 Mahe Pasar Kecamatan Muara ini adalah
untuk mengetahui :
1.
Peningkatkan hasil belajar
siswa dengan menggunakan model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI)
pada Konsep Sifat Cahaya di Kelas V SDN 1
Mahe Pasar Kecamatan Haruai.
2.
Peningkatan Aktivitas Siswa dengan
menggunakan model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI)
pada Konsep Sifat
Cahaya di Kelas V SDN 1 Mahe Pasar Kecamatan Haruai.
3.
Peningkatan Aktivitas Guru dengan
menggunakan model Somatis,
Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI) pada Konsep Sifat
Cahaya di Kelas V SDN 1 Mahe Pasar Kecamatan Haruai.
D.
Manfaat
Penelitian
Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan
sekolah.
1.
Bagi Siswa
Penelitian ini dapat memberikan
suasana baru dalam proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan
memotivasi,meningkatkan partisipasi, memberikan makna serta hasil belajar yang lebih baik bagi
siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA.
2.
Bagi Guru
Hasil penelitian ini bisa dijadikan
bahan masukan dalam mengembangkan model
pembelajaran IPA melalui model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI) Kegiatan
ini bermanfaat untuk perbaikan dan praktik
mengajarnya, baik dalam menetapkan, memilih dan menyesuaikan materi,
metode, media pembelajaran, serta sistem penilaian yang diberikan di kelas. Hal
ini diharapkan dapat mendorong guru
melakukan studi penelitian kelas ditempatnya pada kesempatan yang lain.
3.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
pertimbangan bagi sekolah untuk menginstruksikan guru-guru agar bisa mencoba
menggunakan model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI) dengan materi ajar
mata pelajaran IPA dan kelas yang sesuai.
untuk bab 1 sampai dengan 5 klik Hubungi 081351308823