- Latar Belakang
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik agar berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Hal
ini sejalan dengan fungsi pendidikan yaitu: mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pasal 3).
Guru
sebagai tenaga profesional sebagaimana guru berfungsi untuk untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Guru yang profesional tentu memiliki kompetensi dalam
bidangnya. Disamping memiliki kompetensi profesional yang berarti
menguasai bidang yang diampunya, guru harus
memiliki kompetensi pedagogik yaitu menguasi metodik pembelajaran baik
penguasaan kurikulum, merancang proses pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran, mengadakan evaluasi dan analisa pembelajaran serta melaksanakan
program tindak lanjut. Disamping itu
guru dituntut memiliki kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial
Kompetensi
kepribadian tentunya guru sebagai tokoh sentral dalam pembelajaran dituntut
memiliki kepribadian yang baik, jujur, berwibawa, tanggung jawab dan memberikan
contoh teladan bagi murid-muridnya. Kompetensi sosial menunjukkan bahwa guru
adalah bagian dari masyarakat, baik masyarakat kerjanya atau koleganya juga
masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Tentunya guru harus memiliki kemampuan
berkomunikasi dengan baik terhadap lingkungannya.
Menurut
James W. Brown (Sardiman, 2007:142) ”tugas dan peranan guru antara lain adalah
menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan
materi pelajaran, mengontrol dan mengevaluasi siswa”. Berarti tugas guru adalah
mengelola proses belajar mengajar di kelas agar terjadi interaksi aktif antara
guru dan siswa serta antara siswa dan siswa. Pada hakekatnya proses belajar
mengajar yang aktif ditandai dengan adanya keterlibatan siswa secara
komprehensif baik fisik, mental, maupun
emosionalnya dengan demikian akan lebih bermakna bagi siswa.
Siswa
adalah subyek yang sedang belajar dalam membangun pengalaman. Permasalahan bagi guru ialah bagaimana mengemas
proses pembelajaran agar dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.
Pembelajaran yang bermutu tentunya memberikan dampak yang baik bagi peserta didik sehingga pembelajaran
itu akan terekam dalam jangka waktu yang lam.
Berdasarkan
hasil pembelajaran sebelumnya, dimana siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi
tentang pemerintahan desa dan kecamatan
mata pelajaran Pkn pada kelas IV. siswa
kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu
tertarik dengan pelajaran PKn dan pelajaran yang disajikan guru kurang
menantang untuk berfikir karena umumnya pembelajaran dilakukan selama ini hanya
dalam bentuk satu arah. Guru lebih banyak ceramah dihadapan siswa sementara
aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan, akibatnya siswa tidak menyenangi
pelajaran Pkn. Permasalahan ini dapat dilihat dari
kenyataan rata-rata nilai ulangan tengah semester mata pelajaran
Pkn kelas IV di SDN 1Binjai
Kecamatan Muara Uya Kabupaten Tabalong hanya 6,3 dengan ketuntasan individual 50% (20
orang dari 40
siswa) dengan nilai KKM 65. Jika permasalahan ini tidak ditangani atau dibiarkan
begitu saja maka yang terjadi adalah: anak akan menjadi kurang mengerti, kurang memahami dan berdampak pada kurang aktifnya terhadap
kegiatan pelajaran, sehingga ketuntasan belajar pada anak tidak tercapai.
Dari
masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan
penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa, memberikan pembelajaran dan
pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata dan
mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.
Pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Kelebihan
Pembelajaran berbasis masalah ini adalah membuat siswa lebih aktif, dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari, kemudian siswa juga dapat meningkatkan keakraban dan kerjasama,
serta pembelajaran ini membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kehidupan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan
penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang pemerintahan desa dan kecamatan melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) pada kelas IV SDN 1 Binjai Kecamatan
Muara Uya Kabupaten Tabalong.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tindakan kelas ini
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah
model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang
pemerintahan desa dan kecamatan di kelas IV SDN 1 Binjai Kecamatan
Muara Uya Kabupaten Tabalong?
2.
Bagaimana
aktivitas siswa dalam mempelajari pemerintahan desa dan kecamatan dengan model
pembelajaran berbasis masalah ?
3.
Bagaimana
aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah pada
materi pemerintahan desa dan kecamatan bagi siswa kelas IV di SDN 1 Binjai Kecamatan
Muara Uya Kabupaten Tabalong ?
C.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1.
Bagaimana peningkatan
hasil belajar siswa kelas IV
dalam mempelajari materi sistem pemerintahan desa damm kecamatan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah di SDN 1 Binjai Kecamatan
Muara Uya Kabupaten Tabalong.
2.
Bagaimana peningkatan
aktivitas siswa kelas IV dalam mempelajari konsep tentang lembaga pemerintahan desa dan kecamatan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah di SDN 1
Binjai Kecamatan Muara Uya Kabupaten Tabalong.
3.
Bagaimana peningkatan aktivitas guru kelas IV dalam mengajarkan
konsep tentang lembaga pemerintahan desa
dan kecamatan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah di SDN 1 Binjai Kecamatan
Muara Uya Kabupaten Tabalong.
D.
Manfaat
1.
Bagi
Siswa
Penelitian
ini dapat memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran yang menyenangkan,
mengasyikkan, dan memotivasi dan
meningkatkan partisipasi serta
hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Pkn.
2.
Bagi
Guru
Sebagai
bahan informasi ilmiah tentang metode pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah, di samping itu juga dapat meningkatkan kemampuan dan
pengalaman dalam mengembangkan pendekatan, media dan metode pembelajaran yang
lebih efektif dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran Pkn kearah yang lebih
baik.
3.
Bagi
Sekolah
Hasil
penelitian ini akan memberikan sumbangan yang signifikansi bagi inovasi sekolah
dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran, terutama mutu pembelajaran Pkn yang masih kurang dan ketinggalan
dengan daerah-daerah lain.
Untuk file lengkap...hubungi 081351308823