Sharing Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Minggu, 29 Mei 2016

PTK PKN KELAS V SD

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan   , bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengiplementasikan dan tentu saja kemampuan guru merupakan satu komponen penting untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Kemampuan bagi guru terutama menghadapi era globalisasi sangat dibutuhkan. Dengan belajar Pendidikan Kewarganegaraan , diharapkan siswa dapat menerapkan dengan baik dalam kehidpan sehari-hari yang baik dan benar.
Selain itu, siswa diharapkan dapat mengambil manfaat pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan , untuk dijadikan sebagai alat komunikasi kehidupan masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan  sangat penting dipahami oleh siswa. Namun, harapan tersebut ternyata belum tampak pada siswa kelas V SD Negeri 02 Pasar batu. Alasan dan hal-hal yang sering dikeluhkan antara lain:
Share:

LAPORAN KEGIATAN WHORKSHOP PEMBELAJARAN SAINTIFIK

Hasil gambar untuk guru menerangkan

Hasil gambar untuk guru menerangkan
LAPORAN

PEMBELAJARAN
SAINTIFIK








                            Tanggal                 : 15-17 Oktober 2015
                            Tempat                  : Aula SMKN 1 Tanjung
                            Tujuan                  : Meningkatkan Profesionalitas Guru
                            Lama Kegiatan    : 3 Hari /30  Jam






Disusun Oleh:

                               Nama                            : Eda Handayani, SE
                               NIP                               : 197809122006042024
                               Pangkat/Gol Ruang    : Penata, III/c
                               Jabatan/Tugas             : Ekonomi
                               Tempat Tugas             : SMA Negeri 2 Tanjung















PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 2 Tanjung
TAHUN 2015




HALAMAN PENGESAHAN

IMPLEMENTASI
KURIKULUN 2013

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala SMA Negeri 2 Tanjung Kec. Tanjung Kabupaten Tabalong mengesahkan Laporan Kegiatan Implementasi Kurikulun 2013 yang disusun oleh:

                               Nama                            : Eda Handayani, SE
                               NIP                               : 197809122006042024
                               Pangkat/Gol Ruang      : Penata, III/c
                               Jabatan/Tugas               : Ekonomi
                               Tempat Tugas               : SMA Negeri 2 Tanjung





                                                         Tanjung, 18 Oktober 2015
                                                         Kepala Sekolah



                                                         Drs, Rusdi Yusran, M.Pd
                                                         NIP. 196304161990101001



 

PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 2 Tanjung
Jalan   Tanjung Selatan Rt 09 Mabuun  Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong
S U R A T     T U G A S
Nomor : B-         /DIK/SMAN-2-TJG/421.2/10/2015

Kepala SMA Negeri 2 Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong dengan ini memberikan tugas kepada:

Nama                          : Eda Handayani, SE
NIP                             : 197809122006042024
Pangkat/Gol Ruang    : Penata, III/c
Jabatan/Tugas             : Ekonomi
Tempat Tugas             : SMA Negeri 2 Tanjung
Keperluan                   : Implementasi Kurikulun 2013
Hari/Tanggal               : Jumat-Minggu, 15-17 Oktober 2015
Tempat                        : Aula SMKN 1 Tanjung
Dasar                          : -

Demikian Surat Tugas ini diberikan untuk dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.


                                                         Tanjung, 09 Oktober 2015
                                                         Kepala Sekolah


                                                         Drs, Rusdi Yusran, M.Pd
                                                         NIP. 196304161990101001







A,  Pendahuluan
Pada penerapan (implementasi Kurikulum 2013) di lapangan (baca: sekolah), guru salah satunya harus menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), karena pendekatan ini lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional.
Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut.
Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah) dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
·                Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
·                Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
·                Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.”
·                Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik  (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
·                Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
·                Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud  meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

B,  Alasan Mengikuti Kegiatan
Saya mengikuti Kegiatan implementasi kurikulum 2013 adalah untuk menambah wawasan, keterampilan, pengetahuan, dan juga untuk meningkatkan kompetensi saya khususnya yang berkaitan dengan kemampuan profesional, yaitu dalam hal penerapan pembelajaran di sekolah.

C,  Pelaksanaan
Pembukaan di awali dengan sambutan/laporan panitia kemudian dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tabalong. Setelah dibuka, lalu dilakukan pembahasan materi yang berkaitan dengan Implementasi Kurikulun 2013 dengan memperdalam cara penerapanya dalam proses belajar megajar dikelas

D,  Strategi Pelaksanaan
Strategi yang di gunakan dalam kegiatan Implementasi Kurikulun 2013 agar peserta dapat meningkatkan kompetensi yang berkaitan dengan materi cara penerapana pembelajaran saintifik yang benar maka pelaksanaan dilakukan dengan pendekatan ceramah dilengkapi dengan contoh-contoh, tanya jawab, diskusi, dan latihan-latihan/praktek.

E,  Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang dilakukan setelah mengikuti kegiatan pengembangan diri ini adalah belajar pembelajaran saintifik dengan penerapanya.

F,  Manfaat
Manfaat yang saya peroleh dalam mengikuti workshop ini adalah meningkatkan kemampuan profesional, yaitu dalam penerapan pembelajaran saintifik di sekolah. Dengan melaksanakan pembelajaran pembelajaran saintifik guna memperbaiki pembelajaran dengan menerapkan berbagai macam metode dan model pembelajaran di kelas yang di satukan dengana pembelajaran saintifik.

G,  Penutup
Workshop ini sangat baik dan perlu dilaksanakan secara terus menerus karena manfaatnya banyak sekali bagi guru. Hal ini terbukti pada diri saya sendiri, setelah mengikuti workshopt ini banyak sekali tambahan ilmu keprofesionalan, yaitu penerapan pembelajaran saintifik.

Matriks: Ringkasan Pelaksanaan Diklat
No
Nama Kegiatan
Peran sebagai Peserta/ Pemakalah/ pembahas
Institusi Penyelenggara
Tempat Kegiatan
Waktu Kegiatan
Nama-Nama Fasilitator/ Pemakalah/ Pembahas
Dampak*)
1
2
3
4
5
6
7
8

Workshop
Peserta
Dinas Pendidikan kabupaten Tabalong
Ruang Belajar di Aula SMKN 1 Tanjung
15-17 Oktober 2015/30 JP
Widya Iswara LPMP Kalimantan Selatan
Meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan implementasi K13










Share:

Sabtu, 25 Oktober 2014

PTK IPS SD KELAS V


BAB I
PENDAHULUAN
     A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal : 3 dijelaskan “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.( Depdiknas, 2003:2).
Pernyataan pada pasal 3 diperdalam pada Pasal 4 yang dijelaskan sebagai berikut ”Pendidikan di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif     dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, Nilai Keagamaan, Nilai kultural, dan Kemajemukan Bangsa. Pendidikan di selenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan Multimakna. Pendidikan di selenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan”.
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa pendidikan tidak hanya menitikberatkan pada pengembangan pola fikir, namun juga untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri seseorang baik secara individu maupun kelompok.
Menurut Gagne (Adriana, 2007: 13), belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap mengahadapi situasi yang baru. Teori belajar yang menganggap belajar sebagai suatu proses, seperti yang dikemukakan oleh Gagne bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan komputer. Menurut model ini yang disebut model pemrosesan informasi (Information processing model ), proses model belajar dianggap sebagai transformasi input.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Pada dasarnya tujuan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. ( Triatno, 2010 : 175 ).
Ciri-ciri pembelajaran IPS yang efektif ialah bila siswa sanggup menemukan sendiri melalui pengalaman dalam pemecahan masalah. Dengan dapat menemukan sendiri dalam pemecahan masalah tentunya siswa dapat memahami konsep-konsep yang dibahas. Agar siswa berhasil dalam belajarnya, dalam arti mampu menemukan dan membentuk pengetahuan
Secara umum pembelajaran IPS di SDN SN Karang Mekar 1 sudah cukup baik, hal ini terlihat dari rata-rata nilai hasil ulangan semester ganjil di kelas VC yaitu 6,50 Proses belajar mengajar umumnya dilaksanakan dengan metode yang cukup bervariasi. Akan tetapi siswa masih sulit dalam memahami langsung konsep pelajaran tanpa pengalaman langsung. Penyampaian materi hanya berdasarkan informasi di buku dan media pembelajaran seperti gambar nampaknya kurang begitu menarik perhatian dan pemahaman siswa. Siswa disini kurang kritis dalam belajar IPS walaupun guru sudah mengaitkan materi dengan kehidupan yang dekat dengan dunia siswa. Sehingga hasil belajar kurang memuaskan. Hal ini terutama terlihat pada konsep suku bangsa dan budaya Indonesia, rata-rata nilai ulangannya hanya 6,70. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa masih di bawah ketentuan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPS yaitu 70.
Bila dibiarkan terus menerus kenyataan ini dikhawatirkan hasil belajar siswa tidak ada peningkatan pada jenjangnya. Siswa dapat membaca dan menghafal suku bangsa dan budaya  di Indonesia. Tetapi belum bisa menerapkannya secara otomatis langsung dalam pengalamannya sebagai hasil dari pembelajaran.
Guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi sebagai figur yang dapat merangsang perkembangan siswa, sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum 2006 (KTSP) mata pelajaran IPS di SD/MI, pembelajaran IPS sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (Scientific Inquiri) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPS di SD menekankan pada pemberian pengalaman langsung penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah dalam hal ini seorang guru harus memiliki kompetensi yang cukup sebagai pengelola pembelajaran. Seorang guru yang memiliki kompetensi diharapkan akan lebih baik dan mampu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang efektif,sehingga hasil belajar siswa akan optimal.
Kurangnya minat siswa untuk aktif dalam pembelajaran serta kurangnya rasa ingin tahu siswa untuk berfikir kritis dalam pembelajaran IPS. Karena itu, peneliti memilih menerapkan pendekatan kooperatif model Numbered Head Together (NHT) yang di kombinasikan dengan model Word   dalam pembelajaran konsep suku bangsa dan budaya Indonesia. Pendekatan kooperatif menuntut kerjasama siswa dan dengan  NHT siswa dapat belajar dengan adanya pengenalan pada kelompok masing-masing dengan nomor yang mereka miliki, mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompoknya, dan aktif dalam belajar. Serta dengan word square siswa dapat lebih jeli mencari kata-kata yang sesuai dengan materi pelajaran.
Menurut Slavin   pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.
Pembelajaran kooperatif (Amri, 2010:67) merupakan pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama
Rahayu (2006), menyatakan Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
 (http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-together/)
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. (http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-together/)
Mujiman (2007) menyatakan bahwa Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.

Word Square adalah model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dilakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Meningkatkan  Hasil Belajar IPS Konsep Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Indonesia dengan Pendekatan kooperatif Model Numbered Head Together(NHT) dan word Square Di Kelas VC SDN Karang Mekar 1 Kota Banjarmasin”.

B.       Rumusan Masalah dan Rencana Pemecahan
1.    Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan  sebagai berikut:
1.                  Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif Model NHT dan word square dapat meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran IPS  dengan konsep keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia?.
2.                  Bagaimana pembelajaran dengan pendekatan kooperatif model NHT dan word square dapat   meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas dengan konsep keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia?.
3.                  Apakah penerapan pendekatan kooperatif model NHT dan word square dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS  konsep suku bangsa dan budaya Indonesia?”.


2.         Rencana Pemecahan
Untuk memecahkan permasalahan meningkatkan hasil belajar siswa konsep Keragaman suku bangsa dan budaya di kelas VC SDN SN Karang Mekar 1, maka digunakan pendekatan kooperatif model NHT dan Word Square  pada konsep suku bangsa dan budaya Indonesia dengan pembahasan meliputi: (1). Keragaman suku bangsa di Indonesia. Dalam sub bahasan ini siswa dibawa belajar mengenai lingkungan geografis Indonesia dan Induk suku bangsa Indonesia, (2). Keragaman budaya di Indonesia. Sub bahasan ini membahas mengenai keragaman rumah adat, keragaman kesenian di Indonesia, keragaman alat musik daerah, keragaman senjata tradisional, dan keragaman upacara adat, (3). Cara menghargai keragaman suku bangsa dan budaya.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. http://www.scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. (http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-together/).
Upaya memecahkan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 siklus dengan empat kali pertemuan.
Tahap perencanaan yang akan dilakukan adalah:
a.     Menyusun skenario pembelajaran berdasarkan kurikulum pembelajaran
     IPS dengan konsep suku bangsa dan budaya.
b.    Menyiapkan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar
     mengajar sesuai dengan materi.
c.     Menyusun lembar observasi, baik untuk siswa maupun guru.
d.    Membuat lembar pengamatan kegiatan berdasarkan pendekatan kooperatif model NHT dan Word square.
e.     Menyusun alat tes yang dapat mengetahui hasil belajar siswa.
Upaya yang akan dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan pendekatan kooperatif model NHT dan word square, adapun sintaks pelaksanaannya yaitu:
1.      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut.
2.      Guru memberi tugas untuk menjawab pertanyaan dan mencari kata pada kolom yang disediakan berdasarkan materi yang dipelajari dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.      Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4.      Guru memanggil salah satu nomor siswa, dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5.      Tanggapan dari kelompok lain yang bernomor sama dengan nomor yang melaporkan hasil diskusi.

C.      Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan kooperatif model NHT dan Word Square  dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang suku bangsa dan budaya pada pelajaran IPS  dikelas VC SDN SN  Karang Mekar 1.
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas secara khusus adalah untuk mengetahui:
1.    Peningkatan aktivitas guru dalam pelaksanaan  pembelajaran dengan pendekatan kooperatif model NHT dan Word Square pada pembelajaran IPS dengan konsep keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia di kelas VC SDN SN Karang Mekar 1.
2.    Peningkatan aktivitas siswa dengan pendekatan  kooperatif model NHT  dan Word Square dalam pembelajaran IPS dengan konsep keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia di kelas VC SDN SN Karang Mekar 1.
3.    Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan konsep keragaman suku bangsa dan budaya di kelas VC SDN Karang Mekar 1 Kota Banjarmasin dengan pendekatan kooperatif model NHT dan Word Square.

D.      Kegunaan Penelitian
1.    Bagi siswa, diharapkan berguna sebagai pengalaman belajar yang bermakna serta melatih kemampuan siswa menemukan pengetahuan, meliputi memecahkan masalah, menemukan, dan mengkomunikasikan hasil kerja dari suatu tugas secara baik sebagai aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai.
2.    Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran dalam pembelajaran IPS sehingga mampu meningkatkan motivasi siswa sesuai minat dan bakat serta perhatian siswa mencapai pembelajaran.
3.    Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai petunjuk untuk meningkatkan kualitas guru pembelajaran IPS di sekolah.
4.    Bagi peneliti, penelitian ini untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dalam mengajar IPS, serta berusaha menjadi guru yang profesional
untuk download fil lengkap dengan lampiran klik 081351308823


Share:

Definition List

Unordered List

Support