Saat
ini semua muslim di seluruh penjuru dunia sedang melaksanakan ibadah
puasa Ramadhan 1434 H. Walaupun dalam penentuan awal Ramadhan kemarin
terjadi perbedaan antara pemerintah dan Muhammadiyah. Namun bagi kita
umat Islam perbedaan tersebut janganlah menjadikan sebuah perpecahan
dalam menjalankan ibadah, namun ini merupakan suatu kekayaan yang kita
miliki karena perbedaan tersebut mempunyai dasar yang sama-sama kuat
yang tidak bertentangan dengan agama kita dalam penentuan Ramadhan yaitu
cara hisap dan ru’yat.
Pengertian hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan
dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.
Sedangkan ru’yat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni
penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya
ijtimak (konjungsi). Ru’yat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau
dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah
Matahari terbenam.
Dalam kesempatan ini saya tidak akan mengulas tentang hal tersebut di atas, namun saya tertarik dengan artikel yang ada viva news
yang mengulas tentang pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan di eropa. Puasa
di bulan Ramadhan bagi Muslim yang tinggal di Lingkaran Arktik atau
kutub utara adalah cobaan besar bagi keimanan mereka. Betapa tidak, di
wilayah ini matahari hanya tenggelam beberapa jam saja, membuat puasa
menjadi sangat lama.
Diberitakan Al-Arabiya, Selasa, hal ini terjadi di hampir
seluruh negara Eropa bagian utara. Salah satunya adalah kota Rovaniemi
di Finlandia yang terletak 66 derajat di Lingkaran Arktik. Di kota ini,
matahari terbit pukul 3.20 dini hari dan tenggelam pukul 11.20 malam.
Berarti, antara shubuh dan magrib terbentang waktu yang sangat lama.
Muslim di wilayah ini bisa berpuasa hingga 20 jam saat Ramadhan. Apalagi
jika Ramadhan jatuh di musim panas, matahari hampir tidak pernah
terbenam.
Muslim di wilayah ini terbagi dua dalam berpendapat soal ini.
Sebagian mengikuti laju matahari, sebagian lainnya pilih ikut waktu di
negara terdekat yaitu Turki. Hal serupa juga dilakukan di negara Arktik
lainnya, yaitu Alaska di Amerika Serikat. Setelah debat panjang, para
cendekiawan Muslim di kota Anchorage, Alaska, pilih ikut jadwal puasa di
Mekah. Namun, hal berbeda disampaikan oleh Dewan Fatwa Eropa di
Dublin. Para ulama di negara ini mengatakan jadwal puasa harus mengikut
terbit-terbenam matahari, termasuk bagi mereka di utara Bumi.
Perhitungan Ramadhan berdasarkan kalender bulan berlangsung di saat
yang berbeda setiap tahunnya. Pada 2015 nanti, Ramadhan diperkirakan
akan jatuh pada titik balik matahari di Arktik, saat siang hari sangat
lama, di mana hanya ada waktu 10 menit untuk berbuka puasa. Kemudian
timbul pertanyaan apakah Islam itu hanya cocok di daerah khatulistiwa
saja, tentu saja tidak karena agama Islam adalah rahmatal lil alamin di mana agama Islam merupakan rahmat bagi seluruh semesta.