Sharing Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sabtu, 25 Oktober 2014

PTK IPS SD KELAS V


BAB I
PENDAHULUAN
     A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal : 3 dijelaskan “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.( Depdiknas, 2003:2).
Pernyataan pada pasal 3 diperdalam pada Pasal 4 yang dijelaskan sebagai berikut ”Pendidikan di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif     dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, Nilai Keagamaan, Nilai kultural, dan Kemajemukan Bangsa. Pendidikan di selenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan Multimakna. Pendidikan di selenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan”.
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa pendidikan tidak hanya menitikberatkan pada pengembangan pola fikir, namun juga untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri seseorang baik secara individu maupun kelompok.
Menurut Gagne (Adriana, 2007: 13), belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap mengahadapi situasi yang baru. Teori belajar yang menganggap belajar sebagai suatu proses, seperti yang dikemukakan oleh Gagne bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan komputer. Menurut model ini yang disebut model pemrosesan informasi (Information processing model ), proses model belajar dianggap sebagai transformasi input.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Pada dasarnya tujuan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. ( Triatno, 2010 : 175 ).
Ciri-ciri pembelajaran IPS yang efektif ialah bila siswa sanggup menemukan sendiri melalui pengalaman dalam pemecahan masalah. Dengan dapat menemukan sendiri dalam pemecahan masalah tentunya siswa dapat memahami konsep-konsep yang dibahas. Agar siswa berhasil dalam belajarnya, dalam arti mampu menemukan dan membentuk pengetahuan
Secara umum pembelajaran IPS di SDN SN Karang Mekar 1 sudah cukup baik, hal ini terlihat dari rata-rata nilai hasil ulangan semester ganjil di kelas VC yaitu 6,50 Proses belajar mengajar umumnya dilaksanakan dengan metode yang cukup bervariasi. Akan tetapi siswa masih sulit dalam memahami langsung konsep pelajaran tanpa pengalaman langsung. Penyampaian materi hanya berdasarkan informasi di buku dan media pembelajaran seperti gambar nampaknya kurang begitu menarik perhatian dan pemahaman siswa. Siswa disini kurang kritis dalam belajar IPS walaupun guru sudah mengaitkan materi dengan kehidupan yang dekat dengan dunia siswa. Sehingga hasil belajar kurang memuaskan. Hal ini terutama terlihat pada konsep suku bangsa dan budaya Indonesia, rata-rata nilai ulangannya hanya 6,70. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa masih di bawah ketentuan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPS yaitu 70.
Bila dibiarkan terus menerus kenyataan ini dikhawatirkan hasil belajar siswa tidak ada peningkatan pada jenjangnya. Siswa dapat membaca dan menghafal suku bangsa dan budaya  di Indonesia. Tetapi belum bisa menerapkannya secara otomatis langsung dalam pengalamannya sebagai hasil dari pembelajaran.
Guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi sebagai figur yang dapat merangsang perkembangan siswa, sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum 2006 (KTSP) mata pelajaran IPS di SD/MI, pembelajaran IPS sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (Scientific Inquiri) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPS di SD menekankan pada pemberian pengalaman langsung penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah dalam hal ini seorang guru harus memiliki kompetensi yang cukup sebagai pengelola pembelajaran. Seorang guru yang memiliki kompetensi diharapkan akan lebih baik dan mampu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang efektif,sehingga hasil belajar siswa akan optimal.
Kurangnya minat siswa untuk aktif dalam pembelajaran serta kurangnya rasa ingin tahu siswa untuk berfikir kritis dalam pembelajaran IPS. Karena itu, peneliti memilih menerapkan pendekatan kooperatif model Numbered Head Together (NHT) yang di kombinasikan dengan model Word   dalam pembelajaran konsep suku bangsa dan budaya Indonesia. Pendekatan kooperatif menuntut kerjasama siswa dan dengan  NHT siswa dapat belajar dengan adanya pengenalan pada kelompok masing-masing dengan nomor yang mereka miliki, mempertanggungjawabkan hasil kerja kelompoknya, dan aktif dalam belajar. Serta dengan word square siswa dapat lebih jeli mencari kata-kata yang sesuai dengan materi pelajaran.
Menurut Slavin   pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru.
Pembelajaran kooperatif (Amri, 2010:67) merupakan pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama
Rahayu (2006), menyatakan Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
 (http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-together/)
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. (http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-together/)
Mujiman (2007) menyatakan bahwa Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.

Word Square adalah model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dilakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Meningkatkan  Hasil Belajar IPS Konsep Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Indonesia dengan Pendekatan kooperatif Model Numbered Head Together(NHT) dan word Square Di Kelas VC SDN Karang Mekar 1 Kota Banjarmasin”.

B.       Rumusan Masalah dan Rencana Pemecahan
1.    Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan  sebagai berikut:
1.                  Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif Model NHT dan word square dapat meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran IPS  dengan konsep keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia?.
2.                  Bagaimana pembelajaran dengan pendekatan kooperatif model NHT dan word square dapat   meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas dengan konsep keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia?.
3.                  Apakah penerapan pendekatan kooperatif model NHT dan word square dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS  konsep suku bangsa dan budaya Indonesia?”.


2.         Rencana Pemecahan
Untuk memecahkan permasalahan meningkatkan hasil belajar siswa konsep Keragaman suku bangsa dan budaya di kelas VC SDN SN Karang Mekar 1, maka digunakan pendekatan kooperatif model NHT dan Word Square  pada konsep suku bangsa dan budaya Indonesia dengan pembahasan meliputi: (1). Keragaman suku bangsa di Indonesia. Dalam sub bahasan ini siswa dibawa belajar mengenai lingkungan geografis Indonesia dan Induk suku bangsa Indonesia, (2). Keragaman budaya di Indonesia. Sub bahasan ini membahas mengenai keragaman rumah adat, keragaman kesenian di Indonesia, keragaman alat musik daerah, keragaman senjata tradisional, dan keragaman upacara adat, (3). Cara menghargai keragaman suku bangsa dan budaya.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. http://www.scribd.com/doc/11540191/pembelajaran-kooperatif
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. (http://iqbalali.com/2010/01/03/nht-numbered-head-together/).
Upaya memecahkan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 siklus dengan empat kali pertemuan.
Tahap perencanaan yang akan dilakukan adalah:
a.     Menyusun skenario pembelajaran berdasarkan kurikulum pembelajaran
     IPS dengan konsep suku bangsa dan budaya.
b.    Menyiapkan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar
     mengajar sesuai dengan materi.
c.     Menyusun lembar observasi, baik untuk siswa maupun guru.
d.    Membuat lembar pengamatan kegiatan berdasarkan pendekatan kooperatif model NHT dan Word square.
e.     Menyusun alat tes yang dapat mengetahui hasil belajar siswa.
Upaya yang akan dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah dengan menggunakan pendekatan kooperatif model NHT dan word square, adapun sintaks pelaksanaannya yaitu:
1.      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut.
2.      Guru memberi tugas untuk menjawab pertanyaan dan mencari kata pada kolom yang disediakan berdasarkan materi yang dipelajari dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3.      Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
4.      Guru memanggil salah satu nomor siswa, dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5.      Tanggapan dari kelompok lain yang bernomor sama dengan nomor yang melaporkan hasil diskusi.

C.      Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pendekatan kooperatif model NHT dan Word Square  dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang suku bangsa dan budaya pada pelajaran IPS  dikelas VC SDN SN  Karang Mekar 1.
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas secara khusus adalah untuk mengetahui:
1.    Peningkatan aktivitas guru dalam pelaksanaan  pembelajaran dengan pendekatan kooperatif model NHT dan Word Square pada pembelajaran IPS dengan konsep keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia di kelas VC SDN SN Karang Mekar 1.
2.    Peningkatan aktivitas siswa dengan pendekatan  kooperatif model NHT  dan Word Square dalam pembelajaran IPS dengan konsep keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia di kelas VC SDN SN Karang Mekar 1.
3.    Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan konsep keragaman suku bangsa dan budaya di kelas VC SDN Karang Mekar 1 Kota Banjarmasin dengan pendekatan kooperatif model NHT dan Word Square.

D.      Kegunaan Penelitian
1.    Bagi siswa, diharapkan berguna sebagai pengalaman belajar yang bermakna serta melatih kemampuan siswa menemukan pengetahuan, meliputi memecahkan masalah, menemukan, dan mengkomunikasikan hasil kerja dari suatu tugas secara baik sebagai aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai.
2.    Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran dalam pembelajaran IPS sehingga mampu meningkatkan motivasi siswa sesuai minat dan bakat serta perhatian siswa mencapai pembelajaran.
3.    Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai petunjuk untuk meningkatkan kualitas guru pembelajaran IPS di sekolah.
4.    Bagi peneliti, penelitian ini untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dalam mengajar IPS, serta berusaha menjadi guru yang profesional
untuk download fil lengkap dengan lampiran klik 081351308823


Share:

Kamis, 28 Agustus 2014

RPP Ekonomi SMA Kurikulum 2013

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Satuan Pendidikan    :     Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Kelas/Semester    :     X/2
Mata Pelajaran    :    Ekonomi
Alokasi Waktu    :    6x 45 menit
KOMPETENSI INTI:
KI -1    :     Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2     :     Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif danmenunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Share:

Selasa, 04 Maret 2014

PTK BAB I

BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang 
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 disebutkan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah harus menerapkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan. Standar Isi dan Standar  Kompetensi Kelulusan merupakan acuan dan bahan baku penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Berhasil tidaknya pendidikan di sekolah bukan hanya dilihat dari segi kuantitas lulusan peserta didik dari suatu sekolah, tetapi yang lebih penting adalah kualitas peserta didik dilihat dari potensinya dalam mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki berdasarkan Standar Kompetensi Kelulusan yang ditetapkan.
Share:

Selasa, 24 Desember 2013

Implementasi Model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual ( SAVI ) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Sifat Cahaya di Kelas V SDN 1 Mahe Pasar Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong

BAB I
PENDAHULUAN
  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20 Thn 2003,Bab I Pasal1).
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan pendidikan lebih lanjut. Guna mencapai tujuan pendidikan dasar tersebut maka sebagai seorang guru Sekolah Dasar, kita  mempunyai  andil yang sangat besar. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang bermutu  (KTSP, 2006)  .
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ( UU No. 20 Thn 2003 Pasal 1). Dalam pembelajaran ada kegiatan  yang tak terpisahkan yaitu kegiatan mengajar dan ada kegiatan belajar.
Bruner mengemukakan bahwa proses pembelajaran di kelas bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup untuk suatu subjek keilmuan, tetapi untuk melatih siswa berpikir kritis untuk dirinya, mempertimbangkan hal-hal yang ada di sekelilingnya, dan berpartisipasi aktif  di dalam proses mendapatkan pengetahuan ( Adriana,2007:56).
Belajar menurut Cronbach “ Learning is shown by change in behavior as a result of experinces “ yang berarti belajar yang efektif adalah melaui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya ( Soemanto, 2006:104).
Montessori juga  mengungkapkan bahwa anak-anak memilki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya. Pernyataan Montessori ini memeberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri anak adalah anak itu sendiri,  sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik ( Sardiman,2007:96).  Karena Piaget beranggapan anak bukan botol kosong yang siap untuk diisi , melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya (Adriana,2007:44).
Rousseau memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dan dengan bekerja sendiri ( Sardiman,2007:96). Hal ini berarti dalam belajar, siswa/ subjek didik harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik.
Belajar dengan menggunakan totalitas aktivitas yaitu menggunakan gerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memnfaatkan indera sebanyak mungkin , dan membuat seluruh tubuh , serta pikiran terlibat dalam belajar. Belajar seperti ini lebih efektif dari pada belajar berdasarkan ceramah, menulis dan dikte ( Takari,2009:11).
Pada saat ini masih banyak guru IPA yang hanya menyampaikan materi dari buku semata, dengan prinsif yang penting dapat menuntaskan semua materi dengan alokasi waktu yang sudah ditetapkan tiap semesternya. Oleh karenanya pembelajaran yang tercipta hanya satu arah.  Guru jarang melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran apalagi untuk membuktikan kebenaran satu konsep yang diajarkan .Akibatnya siswa pasif , tidak kritis, tidak berani mencoba dan hanya memperoleh pengetahuan tanpa pernah membuktikan kebenaran dari pengetahuan ( konsep atau teori ) yang di ajarkan.
 Pembelajaran seperti yang telah disebutkan juga masih ada terjadi salah satunya  pada Kelas V SDN 1 Mahe  Pasar Kecamatan Haruai. Dimana gurunya sangat  jarang  memvariasikan model maupun metode pembelajarannya. Kebanyakan  materi di ajarkan dengan metode ceramah dan penugasan saja. Akibatnya siswa terbiasa dengan pola pembelajaran mendengarkan penjelasan guru, mencatat kemudian mengerjakan tugas . Siswa pasif , tidak kritis dan mudah lupa terhadap konsep yang sudah diajarkan. Hal ini tampaknya berakibat pada hasil belajar siswa, khususnya pada Kelas V semester 2. Hal ini dikarenakan  pada semester 2 ini banyak materi ajar berupa konsep yang akan mudah dipahami jika dilakukan dengan praktek  langsung. Berdasarkan hasil observasi  peneliti pada  kelas V saat melaksanakan megajar Kelas V SDN 1 Mahe  Pasar Kecamatan Haruai, didapat data bahwa nilai rata-rata ulangan semester  1 tahun  2011/2012 yaitu hanya 63,13. Dimana nilai tersebut masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70,00. Apabila kondisi seperti ini dibiarkan maka akan berakibat kurang baik bagi siswa maupun sekolah. Apalagi siswa kelas V tentunya akan beranjak ke kelas VI , dimana apabila di kelas V mereka sudah mengalami permasalahan tentunya akan mempersulit mereka saat mengikuti ujian akhir sekolah nantinya.
 Berdasarkan permasalahan yang ditemukan,maka peneliti tertarik untuk mencoba melakukan tindakan penelitian. Dalam hal ini peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran SAVI ( Somatis, Auditori, Visual , Intelektual ) untuk peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 SDN 1 Mahe  Pasar pada konsep Sifat Cahaya .
 Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari Somatic yang bermakna gerakan tubuh  (hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditorial yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visual  yang bermakana belajar harusah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga, dan intelellectually yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah dan menerapkan (Suyatno,2009:65). 
Gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental. Bagian otak siswa terlibat dalam gerakan tubuh yaitu korteks motor yang terletak tepat disebelah bagian otak yang berfungsi untuk berpikir dan memecahkan masalah( Takari,2009:11).
Melalui penggunnan model SAVI dapat mengaktifkan seluruh indera siswa. Siswa dapat melakukan gerak (somatis), dengar (auditori), mengamti (visual) dan berpikir (Intelektual). Dengan model ini aktivitas siswa akan terlihat. Dimana siswa akan aktif secara fisik (somatis, auditori,visual) dan juga psikisnya (intelektualnya).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menentukan materi kajian kelas V pada sebagai materi penelitian dengan memberi judul pada penelitian ini adalah : “ Implementasi Model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual ( SAVI ) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Sifat Cahaya di  Kelas V SDN 1 Mahe  Pasar Kecamatan Haruai Kabupaten Tabalong.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tindakan kelas ini maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1)    Bagaimanakah aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual ( SAVI ) pada konsep Sifat Cahaya bagi siswa Kelas V SDN 1 Mahe  Pasar Kecamatan Haruai?
2)   Bagaimanakah aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual ( SAVI ) pada konsep Sifat Cahaya bagi siswa Kelas V SDN 1 Mahe  Pasar Kecamatan Haruai ?
3)   Apakah  dengan menggunakan model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual ( SAVI ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Sifat Cahaya di Kelas V SDN 1 Mahe  Pasar Kecamatan Haruai ?
C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan di Kelas V SDN 1 Mahe  Pasar Kecamatan Muara  ini adalah  untuk mengetahui :
1.      Peningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI)  pada Konsep Sifat Cahaya di Kelas V SDN 1 Mahe  Pasar Kecamatan Haruai.
2.      Peningkatan Aktivitas Siswa dengan menggunakan model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI)  pada Konsep Sifat Cahaya di Kelas V SDN 1 Mahe  Pasar Kecamatan Haruai.
3.      Peningkatan Aktivitas Guru dengan menggunakan  model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI) pada  Konsep Sifat Cahaya di Kelas V SDN 1 Mahe  Pasar Kecamatan Haruai.
D.    Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah.


1.    Bagi Siswa
Penelitian ini dapat memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan memotivasi,meningkatkan partisipasi, memberikan makna  serta hasil belajar yang lebih baik bagi siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA.
2.    Bagi Guru
Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan dalam mengembangkan model  pembelajaran  IPA  melalui model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI)  Kegiatan ini bermanfaat untuk perbaikan dan praktik  mengajarnya, baik dalam menetapkan, memilih dan menyesuaikan materi, metode, media pembelajaran, serta sistem penilaian yang diberikan di kelas. Hal ini  diharapkan dapat mendorong guru melakukan studi penelitian kelas ditempatnya pada kesempatan yang lain.
3.    Bagi  Sekolah
Hasil penelitian ini  dapat dijadikan pertimbangan bagi sekolah untuk menginstruksikan guru-guru agar bisa mencoba menggunakan model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI)   dengan materi ajar mata pelajaran IPA dan kelas yang sesuai.
untuk bab 1 sampai dengan 5 klik Hubungi 081351308823


Share:

Definition List

Unordered List

Support